Sesungguhnya jika Allah Ta'ala menghendaki kebaikan bagi seorang
hamba maka dia dikaryakannya. Para sahabat lalu bertanya tentang sabda Nabi Saw
tersebut, "Bagaimana dikaryakannya itu, ya Rasulullah?" Nabi Saw
menjawab, "Diberinya taufiq untuk beramal sholeh sebelum wafatnya."
(Mashabih Assunnah)
Sahabat,
bila kita cermati hadits di atas jelas sudah pesan Rasulullah tersebut, bahwa
kebaikan yang dimaksud oleh Allah adalah amal sholeh yang senantiasa menjadi
langkah seorang mu’min dalam mengisi kehidupannya sampai ajal menjemput dirinya,
tidak ada perbuatan lain. Dalam sebuah kebaikan sudah berang tentu ada nilai
kemanfaatan yang diusahakan dan dicapai, baik untuk dirinnya maupun untuk orang
lain.
Mereka
yang melakukan kebaikan dan beramal shaleh tersebut sudah barang tentu oarng
baik dalam pandangan Allah, karena kebaikan yang dilakukannya didasarkan kepada
Taufik, tuntunan dan perintah Allah SWT. Kebaikannya adalah definitif atau
memiliki arti dan makna yang disandarkan kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Lalu
bagaimanakah sebenarnya orang baik tersebut ?
Seorang sahabat bertanya, "Ya
Rasulullah, yang bagaimanakah orang yang baik itu?" Nabi Saw menjawab,
"Yang panjang usianya dan baik amal perbuatannya." Dia bertanya lagi,
"Dan yang bagaimana orang yang paling buruk (jahat)?" Nabi Saw menjawab,
"Adalah orang yang panjang usianya dan jelek amal perbuatannya."
(HR. Ath-Thabrani dan Abu Na'im)
Semakin
jelas untuk kita sahabat, jika usia yang Allah karuniakan kepada kita bukanlah
sesuatu yang harus kita sia-siakan, akan tetapi menjadi jembatan waktu kita untuk
terus berinvestasi amal sholeh sebagai bentuk persiapan untuk kehidupan yang
kekal abadi.
Lalu
akankah setiap detik kita berlalu tanpa sedikitpun manfaat dan makna
didalamnya? Tidak, itu bukanlah kebiasaan orang mu’min. Seorang mu’min tahu pasti kebutuhan dirinya
atas waktu yang ada pada dirinya. Kerugian besar jika sedetik pun dilalui tanpa
berbuat apa-apa atau hanya diisi dengan kesia-siaan belaka.
Sekecil
apapun bentuk dari kebaikan yang kita lakukan tentulah ada nilai dimata Allah,
selama hal tersebut hanya ditujukan untuk keridhoan Allah semata. Jangan enggan
kita untuk berbuat kebaikan meski sekedar tersenyum kepada saudaramu, atau
mengucap salam. Itulah kebaikan. Dan ingatlah kebaikan yang kita lakukan Insyaa Allah akan berdampak kebaikan pula, terus dan terus seperti itu.
Banyak
sekali kebaikan disekitar kita yang bisa kita lakukan, apalagi bagi seorang mu’min
adanya kewajiban untuk beramar ma’ruf dan bernahi mungkar adalah jalan yang
jelas.
Jangan
pernah merasa berat dan ragu untuk berbuat kebaikan sahabat, karena
sesungguhnya itulah kasih sayang Allah kepada kita. Kebaikan. Bahkan Allah
sudah menjamin bahwa kebaikan yang kita lakukan tentulah akan mendatangkan
pahala, seperti firman Allah berikut :
“Dan dirikanlah
shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan
bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya
Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Baqarah :
110)
Jadi, mulai detik ini katakanlah
kepada diri kita “"Jangan biarkan setiap detik kita lepas dari kebaikan". Karena dalam detik yang sama Iblis
dan pengikutnya senantiasa mencari celah untuk menjerumuskan kita ke jurang
kemaksiatan dan kecelakaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar