Senin, 13 Oktober 2014

#BIRRULWALIDAIN

Selamat dari Bencana karena Berbakti kepada Orang Tua

   Ibnu Umar r.a meriwayatkan: Rasulullah s.a.w. bersabda, “ Ada tiga orang laki-laki sedang berjalan-jalan. Tiba-tiba hujan turun. Lalu mereka berteduh di dalam gua di sebuah gunung. Tiba-tiba pintu gua itu tertutup oleh sebongkah batu besar yang jatuh dari gunung di atasnya. Mereka pun terkurung di dalamnya.

   Salah seorang dari mereka berkata kepada yang lainnya, ‘Coba ingat-ingat semua amal baik yang pernah engkau lakukan dengan tulus karena Allah s.w.t. Lalu berdoalah kepada Allah s.w.t. dengan amal kebaikan itu, mudah-mudahan Allah s.w.t. mengangkat batu besar itu.

   Seorang (yang pertama) segera berdoa, “Ya Allah, dulu aku punya orang tua yang sudah lanjut usia dan anakku masih kecil-kecil. Mereka tinggal bersama kami, dan aku mengurus mereka dengan baik. Sehabis pulang dari kerja, aku selalu memerah susu untuk mereka. Aku dahulukan kedua orang tuaku daripada anak-anakku. Suatu hari aku terlalu sibuk bekerja, sehingga harus pulang terlambat. Sampai di rumah, kedua orang tuaku sudah tidur. Seperti biasa aku langsung memerah susu. Kemudian aku bawa ke tempat tidur orang tuaku. Aku berdiri di dekat kepala mereka. Hatiku tidak sanggup membangunkan mereka dari nyenyak tidurnya. Aku juga tidak sanggup memberi minum anak-anakku terlebih dahulu sebelum kedua orang tuaku, sekalipun mereka merengek minta minum susu dihadapanku. 

   Aku terus menunggu mereka dan mereka tetap tidur hingga pajar menyingsing. Ya Allah, jika menurut-Mu apa yang aku lakukan  itu adalah semata-mata mengharapkan keridhaan-Mu, maka tolonglah aku dari kesulitan ini. Gerakkanlah, batu besar ini , sehingga kami bisa melihat langit.’ Berkat bakti tersebut Allah s.w.t. berkenan menolong mereka dengan menggerakkan sedikit batu besar tersebut, sehingga mereka bisa melihat langit.

Orang kedua juga berdoa, “Ya Allah, dulu aku punya seorang sepupu perempuan. Aku sangat mencintainya layaknya seorang laki-laki terhadap seorang perempuan. Suatu hari, aku memintanya agar melayani keinginan nafsuku. Dia mau, tapi dengan syarat aku harus memberinya uang sebanyak seratus dinar. Dengan susah payah aku berusaha hingga akhirnya akau mampu mengumpulkan uang sebanyak itu. Lalu aku bawa uang itu kepadanya. Ketika aku sudah duduk di antara keduan kakinya (untuk menyetubuhinya), dia berkata, ‘Wahai hamba Allah, takutlah kepada Allah. Jangan kau renggut kesucianku, kecuali menikahiku terlebih dahulu.’ Mendengar kata-kata tersebut aku bangkit dan membatalkan niat kejiku itu. Ya Allah, seandainya menurut-Mu apa yang aku lakukan itu adalah semata-mata untuk mencari keridhaan-Mu, tolonglah kami dari kesulitan ini. Gerakkanlah batu besar ini.’ Allah s.w.t. pun berkenan menolong mereka. Batu besar itu bergeser lagi sedikit.

   Orang ketiga berkata, ‘Ya Allah, dulu aku pernah mengupah pekerja untuk menunggal padi. Setelah pekerjaanya selesai, dia berkata ‘Berikan upahku!’ Aku berikan upahnya. Namun dia  merasa upah yang dia terima tidaks sesuai dengan pekerjaannya. Dia tidak mau menerimanya dan meninggalkannya. Selagi aku menanam padi, aku bisa mengembangkan upah pekerja itu ke wujud ternak sapi beserta pengembalanya sekaligus.

   Suatu hari laki-laki itu datang kepadaku dan meminta, ‘Tidakkah engkau takut kepada Allah. Engkau jangan menzalimi aku lagi. Berikanlah hakku!’ Aku katakan kepadanya, ‘Ambillah sapi-sapi itu berikut anak-anaknya! Dia tidak percaya, ‘Takutlah kepada Allah Engkau jangan mempermainkan aku.’ Aku jawab’ ‘Aku tidak mempermainkanmu. Ambillah sapi-sapi itu berikut anak-anaknya.’ Percaya aku tidak main-main, sapi-sapi itu pun diambilnya. Lalu, pergi. Ya Allah, seandainya menurut-Mu apa yang aku lakukan itu adalah semata-mata untuk mendapatkan keridhaan-Mu, tolonglah kami dari kesulitan yang tinggal sedikit lagi ini.’ Dan, Allah pun menggeser batu besar itu.’ (Diriwiyatkan oleh al-Bukhari, X/404; Muslim, hal.2743)



Semoga bermanfaat :)


Wallahu a’lam


Salam Ukhuwah
YMYB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar